GORESAN TANGAN ANAK D'NUMB

Kamu perlu tahu, Tuhan telah janjikan bahwa apa yang kamu usahakan takkan berakhir sia-sia. Semesta selalu mengamati tiap gerak langkahmu. Kamu perlu mengingat lagi, bahwa sejatinya tugas kita memang untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kamu tak boleh,… tak boleh merasa sudah baik dengan apa yang telah kamu capai hari ini. — Catatan Sederhana —

Kamis, 04 Oktober 2018

MANFAAT STUDY PRIBADI (Sharing Pengalaman Pribadi)

oleh: EVI VERONIKA BALOK

Studi atau belajar pribadi adalah  perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. 

Studi pribadi mengarahkan saya ke hidup yang lebih baik. Studi pribadi sebagai sebuah pedoman bagaimana cara mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk mempelajari setiap materi yang didapat selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Materi atau bahan ajar yang diberikan oleh para bapak dan ibu dipelajari ulang untuk menambah wawasan berpikir dan bersikap kritis terhadap dinamika kehidupan dunia.

Hidup adalah mimpi dan perjuangan. Ketika terbangun dari mimpi di kala tidur, pasti setiap pribadi merenung dan berusaha mengingat secara kronologis mimpi-mimpi itu apakah dikategorikan sebagai mimpi yang baik atau buruk. Perjalanan studi pribadi pasti berjalan dari kegelapan hingga menuju kepada cahaya yang bersinar terang dan kebahagiaan yang abadi. Kegiatan belajar mandiri merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar yang lebih menitikberatkan pada kesadaran belajar seseorang atau lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada diri peserta didik sendiri. Belajar mandiri bukan berarti harus belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Peserta didik sering kali menyalahartikan konsep belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Sebagai seorang yang mandiri, peserta didik tidak harus mengetahui semua hal, tetapi tidak juga diharapkan menjadi peserta didik yang jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Rusman (2010) sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang peserta didik diharapkan dapat: 

1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar;
2. Mengetahui konsep belajar mandiri;
3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan;
4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan atau dukungan.

Belajar mandiri disebut juga sebagai self-directed learning. Knowles  (Bangun, 2012) mengatakan bahwa self-directed learning adalah sebuah proses dimana sebuah individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan proses dalam self-directed learning ini dilakukan dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan menilai hasil.

Belajar mandiri dikembangkan untuk meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam proses pembelajaran. Tanggungjawab peserta didik dalam proses pembelajaran akan meningkatkan motivasi (intrinsik). Motivasi intrinsik dibangun dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan sekarang adalah dalam rangka mempersiapkan masa yang akan datang, sehingga peserta didik mempunyai keyakinan dan dorongan kuat untuk mengembangkan dirinya. Motivasi intrinsik membantu peserta didik membuat pilihan informasi dan mengambil tanggung jawab untuk memutuskan apa yang perlu lakukan dalam rangka untuk belajar.

Kegiatan belajar mandiri merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar yang lebih menitikberatkan pada kesadaran belajar seseorang atau lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada diri peserta didik sendiri. Belajar mandiri bukan berarti harus belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Peserta didik sering kali menyalahartikan konsep belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Sebagai seorang yang mandiri, peserta didik tidak harus mengetahui semua hal, tetapi tidak juga diharapkan menjadi peserta didik yang jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Rusman (2010) sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang peserta didik diharapkan dapat: 

1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar;
2. Mengetahui konsep belajar mandiri;
3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan;
4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan atau dukungan.

Belajar mandiri disebut juga sebagai self-directed learning. Knowles  (Bangun, 2012) mengatakan bahwa self-directed learning adalah sebuah proses dimana sebuah individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan proses dalam self-directed learning ini dilakukan dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan menilai hasil.

Belajar mandiri dikembangkan untuk meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam proses pembelajaran. Tanggungjawab peserta didik dalam proses pembelajaran akan meningkatkan motivasi (intrinsik). Motivasi intrinsik dibangun dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan sekarang adalah dalam rangka mempersiapkan masa yang akan datang, sehingga peserta didik mempunyai keyakinan dan dorongan kuat untuk mengembangkan dirinya. Motivasi intrinsik membantu peserta didik membuat pilihan informasi dan mengambil tanggung jawab untuk memutuskan apa yang perlu lakukan dalam rangka untuk belajar.

"4 MANFAAT BELAJAR SECARA MANDIRI BAGI ANAK"  

1. Memunculkan Inisiatif atau dorongan internal 
Konsep belajar mandiri lebih kepada kondisi inisiatif atau motivasi yang ada pada diri peserta didik. Belajar mandiri bukan dalam artian seseorang belajar sendiri. Proses belajar dapat dilakukan sendiri (seorang diri), atau dalam kelompok. Peserta didik mandiri selalu memiliki inisiatif atau dorongan dari dalam dirinya untuk memulai suatu proses pembelajaran.


2. Mampu Menetapkan tujuan 
Peserta didik mandiri selalu memiliki tujuan yang ditetapkan sendiri. Tujuan dari peserta didik mandiri, peserta didik di sekolah misalnya, bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai peserta didik, yang harus mengikuti proses belajar mengajar, menyelesaikan tugas-tugas dari pendidik. Tujuan peserta didik mandiri sudah lebih komprehensif.

3. Aktif dan kreatif mencari sumber belajar
Ketersediaan sumber belajar sering menjadi persoalan bagi penguasaan kompetensi yang dituntut. Sekolah seringkali hanya menyediakan sumber belajar yang sangat terbatas, dan sifatnya sektoral. Pada umumnya sumber belajar hanya tiga, dan seringkali tidak lengkap, yaitu perpustakaan, buku pelajaran pegangan peserta didik, dan lembar kerja peserta didik. Penekanan sumber-sumber belajar ini sektoral, memenuhi tuntutan materi semata. Berbentuk penguasaan secara kognitif dan terpisah-pisah. 

Bagi peserta didik mandiri, sumber belajar yang demikian akan selalu dirasakan kurang. Proses penguasaan kompetensi dilakukan dengan memperbanyak sumber belajar. Peserta didik aktif dan kreatif mencari dan memanfaatkan sumber belajar. Baik sumber belajar yang berbentuk cetak, elektronik, maupun langsung dari masyarakat. Sumber belajar cetak dapat berupa buku-buku di perpustakaan yang secara langsung merujuk pada materi ajar tertentu, maupun dari tempat lain yang secara luas memberikan informasi yang terkait, langsung maupun tidak langsung, dengan materi ajar. Sumber elektronik dapat berupa multimedia pembelajaran, sumber internet, atau sumber-sumber lain. Langsung kepada masyarakat, dapat kepada orang-orang yang memang mempunyai kompetensi tertentu, maupun dalam mengamati, menyelidiki dan menemukan kaitan materi ajar dengan kehidupan riil, dan menjadi sumber untuk memahami dan menguasai kompetensi tertentu.

4. Sadar siapa dirinya
Kesadaran dan pengenalan diri sendiri berdampak pada motivasi belajar pada peserta didik. Kesadaran diri berkaitan dengan kemampuan, bakat, dan minat diri atas ilmu dan pengetahuan, juga terkait dengan tipe belajar yang paling efektif. Peserta didik dikenalkan pada tipe belajar visual, auditori atau kinestetik. Peserta didik yang memahami kemampuan, bakat dan minatnya akan termotivasi mempelajari materi ajar dengan tanpa menghiraukan hasilnya. Proses belajar menjadi sesuatu yang sangat bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UNGKAPAN PENYESALAN (Sebuah Catatan Pinggir)

CATATAN PENYELESAIAN Untuk membiayai pendidikannya, seorang anak miskin menjual barang dari pintu ke pintu. Suatu hari, anak laki-laki...