Pendidikan Karakter
|
membiarkan anak merefshing diri |
Visi :
Ø menanamkan pentingnya pendidikan berkarakter
Misi :
Ø menerangkan pengertian pendidikan karakter itu seperti apa
Ø menjelaskan pentingnya pendidikan yang berkarakter
Ø menjelaskan manfaat pendidikan berkarakter
Tujuan :
Ø Mensosialisasikan betapa pentingnya pendidikan yang berkarakter
Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah
karakter
dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau
nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan
netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai
yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok
orang.
Karakter
juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan
temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang
dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter
dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur
somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proses perkembangan
karakter
pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada
orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan
lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan
berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan
masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor
lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan
ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.
Faktor Pendidikan Karakter
Faktor lingkungan dalam konteks
pendidikan karakter
memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta
didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan
oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa
lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya
sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar.
Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan
melalui strategi :
- Keteladanan
- Intervensi
- Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten
- Penguatan.
Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan
pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses
pembelajaran,
pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan
secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai
luhur
Pengertian Pendidikan Menurut Undang – Undang dan Para Ahli
Pendidikan
memang tak lepas dari makna dan definisi. Dalam dunia pendidikan banyak
sekali istilah-istilah yang dipakai dan memerlukan pembahasan mengenai
hal definisi atau pengertiannya. Pada blog pendidikan ini, Maswins for Educations,
sebelum melangkah membahas mengenai pengertian-pengertian istilah dalam
dunia pendidikan, ada baiknya jika terlebih dahulu membahas mengenai
pengertian pendidikan itu sendiri.
Berikut adalah beberapa pengertian Pedidikan menurut Undang-Undang dan para ahli yang saya kutip dari beberapa sumber :
- Pendidikan Menurut UU Sisdiknas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
- Pendidikan Menurut Carter V. Good
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam
bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial
dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin
(khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan kepribadiannya.
- Pendidikan Menurut Godfrey Thomson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya,
pikiranya dan perasaannya.
- Pendidikan Menurut UNESCO
UNESCO menyebutkan bahwa:
“education is now engaged is preparinment for a tife
Society which does not yet exist” atau bahwa pendidikan itu
sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat
yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai
kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak
dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.
- 5. Pendidikan Menurut Thedore Brameld
‘’Education as power means copetent and strong enough to enable us,the majority of people,to decide what kind of a world‘’.
(Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup
kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang
macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam
itu).
- Pendidikan Menurut Thedore Brameld
Robert W. richey menyebutkan bahwa; The term
“Education” refers
to the broad funcition of preserving and improving the life of the group
through bringing new members into its shared concem. Education is thus a
far broader process than that which occurs in schools. It is an
essential social activity by which communities continue to exist. In
Communities this function is specialzed and institutionalized in formal
education, but there is always the education, out side the school with
which the formal process is related. (Istilah pendidikan mengandung
fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal
tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu
proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan
masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks,
fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan
pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses
pendidikan informal di luar sekolah).
Pilar – Pilar Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter
didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat
menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau
bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk
membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai
berikut :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal –
melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian
untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh –
berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan
bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam,
memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan
perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin,
berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi,
bertanggung jawab atas pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran
terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang
lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan
rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama,
melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik,
mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi
lingkungan hidup.
Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter & Nilai-nilai Pembentuk Karakter
- Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
- mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
- memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
- meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
- Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional
satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan
karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini
diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai
prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa,
bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
- Jujur
- Toleransi
- Disiplin
- Kerja keras
- Kreatif
- Mandiri
- Demokratis
- Rasa Ingin Tahu
- Semangat Kebangsaan
- Cinta Tanah Air
- Menghargai Prestasi
- Bersahabat/Komunikatif
- Cinta Damai
- Gemar Membaca
- Peduli Lingkungan
- Peduli Sosial
- Tanggung Jawab
- religius
(Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa:
Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam
Lampiran 1.)
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan
pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara
melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang
diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan
jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah
atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada
kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara
berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai
dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai
dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih,
nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk
memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti
itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang
tanpa kita sadari telah
terabaikan.Yaitu
memberikan pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan
karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif.
Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha
kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli
pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin
melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di
sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan
antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama
tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif
tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa
berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan
menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya,
pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh
sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk
itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter
anak didik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada
pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat
ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang
pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
- Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap
nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan
berpedoman pada norma tersebut.
- Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian,
dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan
tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali
menghadapi situasi baru.
- Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan
dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu,
anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh
desakan dari pihak luar.
- Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik
dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan
karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan
mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi
unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun
memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan
seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan
teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan
soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada
anak didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas,
kita bisa menerapkannya dalam polapendidikan yang diberikan pada
anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang
hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk
mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan
apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan
mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya,
menanamkan pada anakdidik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan
berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang
terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan
pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan
cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan
pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan
unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
Proses Pembentukan Karakter Kepada Anak
Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah
kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang
untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu
sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada
kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa
keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan
segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu
bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki
laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar
dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat
merayap. Apa sebabnya?
Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya
tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada
suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh
tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat
terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya
tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya
dapat merayap. Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan
terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali
orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot,
atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita
belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita
mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena
kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak
mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Memandukan
kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami
kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru
menjadi kuat dan berkarakter.
Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh
waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru untuk mendidik
anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari
lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan
disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka
dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling
tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut
pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas terpancar di diri
kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan
pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada
proses pembentukan karakter. Segala sesuatu butuh proses, mau jadi jelek
pun butuh proses. Anak yang nakal itu juga anak yang
disiplin.Dia
disiplin untuk bersikap nakal. Dia tidak mau mandi tepat waktu, bangun
pagi selalu telat, selalu konsisten untuk tidak mengerjakan tugas dan
wajib tidak menggunakan seragam lengkap.
Karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi pada
perkembangan sosial-ekonomi. Kualitas karakter yang tinggi dari
masyarakat tentunya akan menumbuhkan keinginan yang kuat untuk
meningkatkan kualitas bangsa. Pengembangan karakter yang terbaik adalah
jika dimulai sejak usia dini. Sebuah ungkapan yang dipercaya secara luas
menyatakan “ jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia
dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau orang jahat”.
Thomas Lickona mengatakan “ seorang anak hanyalah
wadah di mana seorang dewasa yang bertanggung jawab dapat diciptakan”.
Karenanya, mempersiapkan anak adalah sebuah strategi investasi manusia
yang sangat tepat. Sebuah ungkapan terkenal mengungkapkan “Anak-anak
berjumlah hanya sekitar 25% dari total populasi, tapi menentukan 100%
dari masa depan”. Sudah terbukti bahwa periode yang paling efektif untuk
membentuk karakter anak adalah sebelum usia 10 tahun. Diharapkan
pembentukan karakter pada periode ini akan memiliki dampak yang akan
bertahan lama terhadap pembentukan moral anak.
Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter
positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan
Wallander, “Kemampuan sosial dan emosi pada masa anak-anak akan
mengurangi perilaku yang beresiko, seperti konsumsi alkohol yang
merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan sepanjang masa;
perkembangan emosi dan sosial pada anak-anak juga dapat meningkatkan
kesehatan manusia selama hidupnya, misalnya reaksi terhadap tekanan yang
akan berdampak langsung pada proses penyakit; kemampuan emosi dan
sosial yang tinggi pada orang dewasa yang memiliki penyakit dapat
membantu meningkatkan perkembangan fisiknya.”
Sangatlah wajar jika kita mengharapkan keluarga sebagai pelaku utama
dalam mendidik dasar–dasar moral pada anak. Akan tetapi banyak anak,
terutama anak-anak yang tinggal di daerah miskin, tidak memperoleh
pendidikan moral dari orang tua mereka.
Kondisi sosial-ekonomi yang rendah berkaitan dengan berbagai
permasalahan, seperti kemiskinan, pengangguran, tingkat pendidikan
rendah, kehidupan bersosial yang rendah, biasanya berkaitan juga dengan
tingkat stres yang tinggi dan lebih jauh lagi berpengaruh terhadap pola
asuhnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di
daerah miskin 11 kali lebih tinggi dalam menerima perilaku negatif
(seperti kekerasan fisik dan mental, dan ditelantarkan) daripada
anak-anak dari keluarga yang berpendapatan lebih tinggi.
Banyak hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang telah mendapat
pendidikan pra-sekolah mempunyai kemampuan yang lebih tinggi daripada
anak-anak yang tidak masuk ke TK, terutama dalam kemampuan akademik,
kreativitas, inisiatif, motivasi, dan kemampuan sosialnya. Anak-anak
yang tidak mampu masuk ke TK umumnya akan mendaftar ke SD dalam usia
sangat muda, yaitu 5 tahun. Hal ini akan membahayakan, karena mereka
belum siap secara mental dan psikologis, sehingga dapat membuat mereka
merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh kecintaan mereka
untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini
dibutuhkan untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting
dalam pendidikan prasekolah. Adalah hal yang sangat penting untuk
menggerakkan masyarakat di daerah miskin untuk mulai memasukkan anaknya
ke prasekolah dan mengembangkan lingkungan bersahabat dengan TK lainnya
untuk bersama-sama melakukan pendidikan karakter.
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah :
- Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
- Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
- Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
- Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
- Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
- Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
- Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
- Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
- Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
- Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan