GORESAN TANGAN ANAK D'NUMB

Kamu perlu tahu, Tuhan telah janjikan bahwa apa yang kamu usahakan takkan berakhir sia-sia. Semesta selalu mengamati tiap gerak langkahmu. Kamu perlu mengingat lagi, bahwa sejatinya tugas kita memang untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kamu tak boleh,… tak boleh merasa sudah baik dengan apa yang telah kamu capai hari ini. — Catatan Sederhana —

Rabu, 19 Desember 2018

TRIK HOLIDAY

6 Tips Mengisi Liburan Sekolah Anak yang Berkualitas

 

Masa liburan sekolah merupakan masa yang sangat menyenangkan bagi anak-anak. Sebab, saat liburan sekolah, si Kecil bisa mengerjakan kegiatan-kegiatan yang menggembirakan. Mereka terbebas dari tugas-tugas sekolah yang rutin dilakukan.


Pada dasarnya setiap manusia, tak terkecuali anak, membutuhkan liburan. Liburan diperlukan karena tubuh dan pikiran manusia perlu penyegaran dan pembaharuan. Apalagi setelah sekian lama menjalani kegiatan-kegiatan rutinnya sehari-hari. Aktivitas liburan yang efektif akan membuat seseorang terhindar dari kejenuhan dan penurunan semangat pada saat melakukan tuntutan tugas rutinnya kembali.

Berikut ini ada beberapa contoh kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi liburan sekolah anak, yang diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan Ibu dan anak dalam menentukan alternatif kegiatan liburan.
  1. Kegiatan yang dapat menunjang kreativitas dan imajinasi anak. Misalnya membuat berbagai bentuk lilin atau tanah liat, melukis, menggambar komik, mengarang puisi, dsb.
  2. Kegiatan yang menunjang perkembangan fisik dan keterampilan anak, seperti berenang, menari, senam, menjahit, jalan pagi, bermain badminton, dsb.
  3. Kegiatan yang melatih kemampuan bersosialisasi anak. Misalnya dengan mengajak anak bersilaturahmi atau berkunjung ke rumah sanak saudara, menginap di rumah nenek, bermain dengan anak tetangga, dsb.
  4. Kegiatan yang dapat menunjang kecerdasan emosi anak. Misalnya mengajak anak ke panti asuhan, melihat daerah pemukiman penduduk miskin, panti jompo atau mengunjungi korban bencana alam sehingga tumbuh rasa empati anak terhadap orang lain.
  5. Kegiatan yang menambah wawasan pengetahuan anak. Misalnya mengajak anak ke museum, candi, toko buku, berkunjung ke pedesaan, berbelanja ke pasar tradisional, dsb.
  6. Kegiatan yang menunjang kecerdasan spiritual anak. Misalnya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata alam, seperti pegunungan, kebun raya, laut, danau, ikut pesantren kilat atau tadabur alam, dimana anak bisa mengagumi kebesaran Tuhan dan menambah rasa syukur.
  7. Kegiatan yang dapat menunjang daya nalar anak, seperti berkunjung ke kebun binatang, bereksperimen dalam kelompok sains, dsb.
  8. Kegiatan yang menunjang pengembangan pribadi,seperti memupuk rasa tanggung jawab dan kemandirian anak. Misalnya dengan mengikutkan anak dalam acara-acara outbound, kemping bersama teman-teman sekolah, dsb.
Dari berbagai contoh kegiatan tersebut, anak bisa memilih alternatif kegiatan di atas atau mencari alternatif kegiatan lain untuk dilakukan selama liburan. Agar alternatif kegiatan yang dipilih menjadi efektif dalam mengisi liburan anak, berikut ini ada tips liburan yang bisa dijadikan pedoman:
  1. Kegiatan liburan hendaknya merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak atau sesuatu yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga anak dapat melakukannya dengan suka hati/tidak ada keterpaksaan.
  2. Kegiatan yang dipilih harus dapat bermanfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak.
  3. Bila momen liburan ini melibatkan seluruh anggota keluarga, maka pemilihan alternatif kegiatan liburan hendaknya didasarkan pada musyawarah untuk mufakat. Misalnya orangtua bersama anak-anak bisa mendiskusikan tempat rekreasi yang akan dikunjungi. Dalam kesempatan ini, orangtua sekaligus bisa melatih kemampuan anak dalam membuat pertimbangan–pertimbangan logis, mengekspresikan keinginan atau ide, bertoleransi, memutuskan pilihan, merencanakan jadwal acara liburan, dan sebagainya.
  4. Bila Ibu tidak mampu menyediakan dana yang cukup untuk liburan anak, maka sebaiknya orangtua mencari alternatif kegiatan liburan anak yang tidak memerlukan biaya besar namun anak tetap dapat memperoleh manfaat dari kegiatan liburannya, seperti mengajak anak menginap ke rumah nenek/saudara sepupu anak, membuat kerajinan tangan dari barang bekas, lari pagi, main sepeda, mencoba resep masakan sederhana, membebaskan anak melakukan eksperimen sains sederhana dengan teman-temannya, atau mengajak anak membuat suatu karya yang hasilnya bisa dijual, dsb.
  5. Bila Ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersama anak menikmati liburan akibat dari kesibukan kerjanya sehari-hari, maka sebaiknya orangtua tetap mencoba meluangkan waktu untuk menjalin kedekatan dengan anak, walaupun tidak sepanjang hari libur anak. Tunjukkan pada anak bahwa orangtua tetap memperhatikan anak, dengan terus mengusahakan terciptanya suasana liburan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak.
  6. Bila Ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk menemani anak berlibur, tapi mereka memiliki dana yang cukup untuk memfasilitasi liburan anak, maka Ibu bisa mengikutkan anak pada berbagai kegiatan liburan yang diselenggarakan oleh organisasi profesional yang bergerak di bidang paket-paket liburan sekolah, misalnya outbound, kelas memasak, kelompok eksperimen sains, dsb. Hal ini bermanfaat bagi anak dalam mengasah minat, ketrampilan dan kemandiriannya

SEJARAH AWAL TENTANG POHON NATAL

Asal Usul Pra-Kristen Pohon Natal
Dan Perkembangannya


DI BANYAK tempat di dunia, pohon Natal yang selalu hijau merupakan simbol yang terkenal untuk hari raya berikut dunia perdagangannya. Pohon ini sudah menjadi simbol keagamaan sejak awal sejarah manusia.
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain "evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau daunnya.
Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York Amerika Serikat.
Buktinya terdapat di Provinsi Bohuslän di pesisir barat Swedia dan di dekat Provinsi Østfold di Norwegia. Di sana, lebih dari 75.000 pahatan batu telah ditemukan pada sekitar 5.000 situs yang berbeda. Para arkeolog mengatakan bahwa pahatan-pahatan batu ini dibuat kira-kira antara 1.800 dan 500 SM.*
Pahatan-pahatan yang antik ini menyingkapkan sesuatu tentang kepercayaan orang-orang yang hidup jauh sebelum kelahiran Yesus dari Nazaret. Misalnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa dahulu kala, di kawasan yang kini menjadi Swedia dan Norwegia, pohon yang selalu hijau, seperti pohon cemara, digunakan sebagai simbol suci.
Mengapa orang-orang yang hidup di kawasan pesisir paling utara dunia ini membuat pahatan batu pohon-pohon cemara? Ada pakar yang menduga bahwa itu antara lain disebabkan oleh langkanya pohon-pohon itu pada zaman pra-Kristen tatkala berbagai pahatan tersebut dibuat. Dapat dimaklumi bahwa pohon yang tetap hijau, atau ”hidup”, saat pohon-pohon lainnya tampak mati di cuaca yang dingin, bisa menimbulkan kesan gaib.
Banyak kebudayaan lain di dunia juga sudah lama menggunakan pohon sebagai simbol kehidupan, keselamatan, dan keabadian. Fakta ini boleh jadi turut menjelaskan mengapa bentuk pohon yang menyerupai cemara yang selalu hijau dipahat pada batu berabad-abad sebelum pohon itu menjadi pemandangan yang umum di sana.
Buku Rock Carvings in the Borderlands, yang diterbitkan atas kerja sama dengan Dewan Warisan Nasional Swedia, mengatakan, ”Bentuk-bentuk pohon dalam pahatan batu menunjukkan bahwa kawasan Skandinavia bagian selatan sudah memiliki kaitan agama dan budaya dengan seluruh Eropa dan sebagian besar Asia sejak Zaman Perunggu. Agama dan kosmologi disesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang mata pencahariannya bertani dan beternak. Meski nama para dewanya berbeda-beda, mereka umumnya menyembah para dewa yang sama.”
Brosur The Rock Carving Tour, yang diterbitkan oleh Bohusläns Museum, selanjutnya menjelaskan, ”Bukan tentang kegiatan sehari-hari yang mau ditampilkan oleh para pemahat batu itu. Menurut kami, pahatan yang mereka buat bisa jadi merupakan suatu bentuk doa dan permohonan kepada para dewa.” Brosur itu menambahkan, ”Kepercayaannya berkisar pada siklus abadi kehidupan, kesuburan, kematian dan kelahiran kembali.”
Sewaktu menjabarkan koleksi unik seni simbolis ini, yang diciptakan jauh sebelum seni tulis diperkenalkan di Eropa bagian utara, ensiklopedia nasional Swedia, Nationalencyklopedin, menyatakan, ”Gambar-gambarnya yang menonjolkan tema seks menunjukkan sangat pentingnya kultus kesuburan dalam agama orang-orang di Utara pada Zaman Perunggu.”
Jelaslah, tradisi yang berkaitan dengan pohon yang selalu hijau tersebar luas dan melebur dalam kehidupan sehari-hari di banyak tempat. Mengenai pohon Natal, Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Penyembahan pohon lazim di kalangan orang-orang kafir di Eropa dan masih dijalankan setelah mereka masuk Kristen.” Hal itu dilakukan dalam beragam ritus dan tradisi, termasuk ”tradisi yang menempatkan pohon Yule pada pintu masuk atau di dalam rumah selama hari raya pertengahan musim dingin”.
Keluarga Kerajaan Inggris-lah yang membuka jalan bagi kepopuleran tradisi pohon yang selalu hijau ini kala mereka menggunakan pohon cemara sebagai dekorasi Natal pada 1841. Dewasa ini, pohon Natal diakui di seluruh dunia, dan permintaan akan jutaan pohon Natal, asli maupun buatan, sepertinya tak habis-habis. Sementara itu, pahatan batu Skandinavia menjadi saksi bisu bahwa pohon Natal tidak memiliki asal usul Kristen.

Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal.

Santo Bonifacius

Menurut sebuah legenda, rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifasius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis dalam perjalanannya bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon ek. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib Santo Bonifasius merobohkan pohon ek tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon ek yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.

Martin Luther dan pohon cemaranya

Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Kontroversi

Arbol Navidad 03.gifTerlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tgl 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada tanggal 28 Desember.
Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.
Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari InggrisPangeran Albert dari Jerman, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara, diilustrasikan di London News. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa pohon Natal dapat menjadi rumah bagi 25000 ekor serangga. Jenis serangga yang mendiami pohon Natal diantaranya CollembolaPsocopteratungaungengat dan laba-laba. Seharusnya mereka berhibernasi di musim dingin, namun dengan keberadaan sebuah pohon dan adanya kehangatan dari api unggun maupun pemanas ruangan, mereka menjadi percaya bahwa musim semi telah tiba sehingga berkembang biak di pohon dan sekitarnya.[1]


  1. ^ "Bugs in the Christmas Tree". Science Daily. 18 Desember 2012.

Tradisi[sunting | sunting sumber]

Setelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claustinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.
Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tetapi yang penting berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang.
[Catatan Kaki]
Beberapa situs pahatan batu di Bohuslän termasuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
[kutipan di hlm. 12]
Pahatan batu menunjukkan bahwa penyembahan pohon yang selalu hijau dimulai sebelum zaman Kristus
[Gambar di hlm. 13]
Pahatan batu berbentuk pohon di (1) Torsbo, (2) Backa, dan (3) Lökeberg, Swedia
[Keterangan]
Courtesy Stiftelsen för dokumentation av Bohusläns hällristningar

Jumat, 26 Oktober 2018

POTRET ANAK ASRAMA D'NUMB HAREKAKAE MENGIKUTI PESTA SYUKURAN KOMUNI PERTAMA

SYUKURAN!!! ANAK D'NUMB MENGIKUTI PESTA KOMUNI PERTAMA
apa gunanya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
apa guna baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
apa guna baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta

yang Tak Pernah Selesai


aku dilahirkan di sebuah pesta yang tak pernah selesai
selalu saja ada yang datang dan pergi hingga hari ini

ada bunga putih dan ungu dekat jendela di mana
mereka dapat
memandang dan merasakan kesedihan dan kebahagiaan
tak ada menjadi miliknya

ada potret penuh debu, potret mereka yang pernah hadir
dalam pesta itu entah sekarang di mana setelah mati
ada yang merindukan kubur bagi angannya sendiri
yang melukis waktu sebagai ular
ada yang ingin tidur sepanjang hari bangun ketika hari
penjemputan tiba agar tidak merasakan menit-menit
yang menekan dan berat

di sana ada meja penuh kue aneka warna, mereka
menawarkannya
padaku, kuterima kucicipi semua, enak!
itulah sebabnya aku selalu lapar
sebab aku hanya punya satu, kemungkinan!

Tuhanku aku terluka dalam keindahan-Mu.





POTRET SEDERHANA ANAK D'NUMB SAAT MENGIKUTI PESTA SYUKURAN SAMBUT BARU WILAYAH TRANS HAREKAKAE

Senyum ceriah menikmatik musik tebe bete tein masin

Cia, Cs lagi meliukan badan mengikuti irama musik dj Patola

Si Kembar menunjukkan aksinya dalam berjoget

Geno, Cs menikmati goyangan dangdut

Ibu Asrama menatap anak-anak asramanya yang lagi bergoyang di arena pesta


Sejenak mereka beristirahat setalah lelah berjoget

Dari gerakan kaki mereka ada yang baru belajar irama dan teknik goyang patola

Walaupun sedang berjoget namun tetap menghadap kamera.....gaya narsis zaman now

Fania, Cs lagi menikmati goyang tebe dgn gerakan terbaru....

Sangat bersemangat mereka berjoget




PENTINGNYA PENDIDIKAN BERKARAKTER

Pendidikan Karakter

membiarkan anak merefshing diri

 

Visi      :
Ø  menanamkan pentingnya pendidikan berkarakter

Misi     :
Ø  menerangkan pengertian pendidikan karakter itu seperti apa
Ø  menjelaskan pentingnya pendidikan yang berkarakter
Ø  menjelaskan manfaat pendidikan berkarakter

Tujuan :                                
Ø  Mensosialisasikan betapa pentingnya pendidikan yang berkarakter

Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.
Faktor Pendidikan Karakter
Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi :
  1. Keteladanan
  2. Intervensi
  3. Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten
  4. Penguatan.
Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur
Pengertian Pendidikan Menurut Undang – Undang dan  Para Ahli
Pendidikan memang tak lepas dari makna dan definisi. Dalam dunia pendidikan banyak sekali istilah-istilah yang dipakai dan memerlukan pembahasan mengenai hal definisi atau pengertiannya. Pada blog pendidikan ini, Maswins for Educations, sebelum melangkah membahas mengenai pengertian-pengertian istilah dalam dunia pendidikan, ada baiknya jika terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan itu sendiri.
Berikut adalah beberapa pengertian Pedidikan menurut Undang-Undang dan para ahli yang saya kutip dari beberapa sumber :

  1. Pendidikan Menurut UU Sisdiknas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
  1. Pendidikan Menurut Carter V. Good
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
  1. Pendidikan Menurut Godfrey Thomson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan perasaannya.
  1. Pendidikan Menurut UNESCO
UNESCO menyebutkan bahwa: “education is now engaged is preparinment for a tife
Society which does not yet exist”
atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.
  1. 5.      Pendidikan Menurut Thedore Brameld
‘’Education as power means copetent and strong enough to enable us,the majority of people,to decide what kind of a world‘’. (Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam itu).
  1. Pendidikan Menurut Thedore Brameld
Robert W. richey menyebutkan bahwa; The term “Education” refers to the broad funcition of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concem. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communities continue to exist. In Communities this function is specialzed and institutionalized in formal education, but there is always the education, out side the school with which the formal process is related. (Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).

Pilar – Pilar Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility  (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
4. Fairness  (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring  (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship  (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat,  menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup.
Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter & Nilai-nilai Pembentuk Karakter
  • Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
  1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
  2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
  3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
    Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

  • Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
  1.      Jujur
  2.     Toleransi
  3.     Disiplin
  4.     Kerja keras
  5.     Kreatif
  6.     Mandiri
  7.     Demokratis
  8.     Rasa Ingin Tahu
  9.     Semangat Kebangsaan
  10.     Cinta Tanah Air
  11.     Menghargai Prestasi
  12.    Bersahabat/Komunikatif
  13.    Cinta Damai
  14.    Gemar Membaca
  15.   Peduli Lingkungan
  16.   Peduli Sosial
  17.   Tanggung Jawab
  18.   religius  
(Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.)
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Pentingnya Pendidikan Karakter

Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
  1. Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
  2. Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
  3. Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
  4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam polapendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anakdidik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
Proses Pembentukan Karakter Kepada Anak
Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya?
Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap. Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Memandukan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter.
Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter. Segala sesuatu butuh proses, mau jadi jelek pun butuh proses. Anak yang nakal itu juga anak yang disiplin.Dia disiplin untuk bersikap nakal. Dia tidak mau mandi tepat waktu, bangun pagi selalu telat, selalu konsisten untuk tidak mengerjakan tugas dan wajib tidak menggunakan seragam lengkap.
Karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi pada perkembangan sosial-ekonomi. Kualitas karakter yang tinggi dari masyarakat tentunya akan menumbuhkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas bangsa. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini. Sebuah ungkapan yang dipercaya secara luas menyatakan “ jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau orang jahat”.
Thomas Lickona mengatakan “ seorang anak hanyalah wadah di mana seorang dewasa yang bertanggung jawab dapat diciptakan”. Karenanya, mempersiapkan anak adalah sebuah strategi investasi manusia yang sangat tepat. Sebuah ungkapan terkenal mengungkapkan “Anak-anak berjumlah hanya sekitar 25% dari total populasi, tapi menentukan 100% dari masa depan”. Sudah terbukti bahwa periode yang paling efektif untuk membentuk karakter anak adalah sebelum usia 10 tahun. Diharapkan pembentukan karakter pada periode ini akan memiliki dampak yang akan bertahan lama terhadap pembentukan moral anak.
Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan Wallander, “Kemampuan sosial dan emosi pada masa anak-anak akan mengurangi perilaku yang beresiko, seperti konsumsi alkohol yang merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan sepanjang masa; perkembangan emosi dan sosial pada anak-anak juga dapat meningkatkan kesehatan manusia selama hidupnya, misalnya reaksi terhadap tekanan yang akan berdampak langsung pada proses penyakit; kemampuan emosi dan sosial yang tinggi pada orang dewasa yang memiliki penyakit dapat membantu meningkatkan perkembangan fisiknya.”
Sangatlah wajar jika kita mengharapkan keluarga sebagai pelaku utama dalam mendidik dasar–dasar moral pada anak. Akan tetapi banyak anak, terutama anak-anak yang tinggal di daerah miskin, tidak memperoleh pendidikan moral dari orang tua mereka.
Kondisi sosial-ekonomi yang rendah berkaitan dengan berbagai permasalahan, seperti kemiskinan, pengangguran, tingkat pendidikan rendah, kehidupan bersosial yang rendah, biasanya berkaitan juga dengan tingkat stres yang tinggi dan lebih jauh lagi berpengaruh terhadap pola asuhnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah miskin 11 kali lebih tinggi dalam menerima perilaku negatif (seperti kekerasan fisik dan mental, dan ditelantarkan) daripada anak-anak dari keluarga yang berpendapatan lebih tinggi.
Banyak hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang telah mendapat pendidikan pra-sekolah mempunyai kemampuan yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak masuk ke TK, terutama dalam kemampuan akademik, kreativitas, inisiatif, motivasi, dan kemampuan sosialnya. Anak-anak yang tidak mampu masuk ke TK umumnya akan mendaftar ke SD dalam usia sangat muda, yaitu 5 tahun. Hal ini akan membahayakan, karena mereka belum siap secara mental dan psikologis, sehingga dapat membuat mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh kecintaan mereka untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini dibutuhkan untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting dalam pendidikan prasekolah. Adalah hal yang sangat penting untuk menggerakkan masyarakat di daerah miskin untuk mulai memasukkan anaknya ke prasekolah dan mengembangkan lingkungan bersahabat dengan TK lainnya untuk bersama-sama melakukan pendidikan karakter.
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah :
  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
  • Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
  • Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
  • Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
  • Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Jumat, 05 Oktober 2018

FILOSOFI KEHIDUPAN MANUSIA DARI BUNGA

Akankah Matahari menyadari kehadiran satu bunga, yang tak pernah lelah dan setia mengikuti kemana matahari pergi?
Ah… tidak, dia terlalu besar, terlalu bersinar, terlalu jauh…

Goresan Tangan Kotor dan Basah
(Teruntuk Tangan yang telah menciptakan taman bunga yang begitu indah)
A PART OF D'NUMB PARK



Katakan dengan bunga, pernahkah anda mendengar istilah ini? Saya yakin anda pernah bahkan sering mendengarnya. Bunga merupakan simbol Universal yang umumnya dipilih ketika seseorang ingin mengungkapkan perasaan atau menyatakan sesuatu. 

Bunga yang indah selalu dicari orang. Begitu pun dengan manusia. Ketika dia memiliki akhlak yang baik, wawasan yang luas, pendapat yang bijak dan tangan yang selalu terulur untuk membantu sesama maka orang akan mencarinya. Orang akan selalu dekat dengannya. 

Bunga selalu menebarkan keharuman. Bunga juga bisa menjadi bahan dari banyak minyak wangi. Begitu pun kita sebagai manusia. Karena jiwa kita yang baik, yang tersepuh dengan akhlak yang indah, maka nama kita semerbak harum di tengah-tengah sesama manusia. Nama kita disebut dan dipuji, bahkan hingga kita mati. 

Bunga memiliki warna yang indah dan menyegarkan pandangan. Begitulah seharusnya setiap pribadi, hadir dan memberikan kenyamanan pada orang lain di sekitar. Memberi mereka senyuman, sapaan dan perhatian sehingga membawa keindahan dan kenyamanan di hati para manusia. 

Bunga seindah apa pun akan layu dan mati pada akhirnya. Begitu pun dengan manusia. Maka tak seharusnya kita menyombongkan semua keindahan yang melekat di tubuh kita. Bunga di tempat manapun ia tumbuh, akan tetap membawa keindahan. Tak ada bedanya dengan bunga liar atau bunga taman. Bunga-bunga yang berada di tebing-tebing curam atau bunga di daratan semua memiliki keindahan. Begitu pun manusia, di mana pun ia berada selama kebaikan dan prinsip iman dia bawa, maka lingkungan tak membuatnya menjadi kotor dan hina. 

Medio D'Numb Park 
04 Oktober 2018

TAMAN BUNGA, INSPIRASI D'NUMB PARK

AKU MENATAP DAN MEMAKNAI TAMAN BUNGA
Oleh: Mardiana E. D. Taek (Gadis Nabo-Desa Fatuaruin)

Indah dan menakjubkan area tanaman bunga
Harapku sejenak pada tanaman bunga ini
Inginku menanam setangkai mawar di tanah ini
Mawar ini citra diri dalam kelebihan dan kekurangan

Rasa senang dan gembira tak terelakan ada di dalam diri
ohhh.. tanaman bunga Betapa pentingnya bagi keindahan pekarangan rumah
Tekadku aku akan menanamkan rasa kepedulian terhadap bunga





UNGKAPAN PENYESALAN (Sebuah Catatan Pinggir)

CATATAN PENYELESAIAN Untuk membiayai pendidikannya, seorang anak miskin menjual barang dari pintu ke pintu. Suatu hari, anak laki-laki...